Di sektor sumber daya terbaharui, dalam pernbangunan perkebunan terrnasuk yang saat ini sedang populer yairu penerapan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) di unit pengelolaan perkebunan kelapa sawit, HCV digunakan sebagai alat perencanaan untuk meminimalisasi dampak-darnpak ekologi dan sosial yang negatif. Dalarn Prinsip dan Kriteria ISPO, menunjukkan adanya keharusan melakukan identifikasi dam pengelolaan habitat /area yang merniliki nilai konservasi yang tinggi (High Conservation Value – HCV) di dalam pengelolaan kebun dan pabrik sawit baik untuk skema wajib ISPO rnaupun skerna sukarela RSPO.
Dengan teridentifikasikannya nilai-nilai penting dan jaminan bahwa nilai tersebut akan tetap dipertahankan dan dilestarikan, mernungkinkan untuk mernbuat keputusan-keputusan yang rasionai sehubungan dengan pengelolaan kebun dan pabrik yang konsisten terhadap pelestarian nilai-nilai lingkungan dan sosial yang dianggap penting.
Lebih khusus dalam kriteria RSPO, ditegaskan keharusan perusahaan pengelola perkebunan kelapa sawit harus memastikan pembukaan area setelah tahun 2005 tidak mengakibatkan rusak atau hilangnya kawasan bernilai konservasi tinggi. Keharusan inilah yang menyebabkan pengelola harus melakukan historical assessment terhadap keberadaan HCC di areanya.